Makalah Gambaran Umum Filsafat Barat Pra Modern



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LatarBelakang
Lahirnya filsafat adalah dorongan keingintahuan manusia akan pengetahuan yang hakikat, sebab-musabab keberadaan dan bagaimana menciptakan barang-barang yang senilai yang dilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu bagi perkembangan hidup dan kehidupannya. Oleh karena itu, keingintahuan manusia itu bersifat dinamis secara terus-menerus dan konsisten bergerak sampai keakar-akarnya.  Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Setelah filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaanya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu melahirkan peradaban Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Maka giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaanya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa.Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli fikir (filosof), akan tetapi setelah abad ke-6 masehi, barulah muncul para ahli fikir yang mengadakan penyeledikan filsafat. Jadi, ilsafat Eropa yang mengawali lahirnya Filsafat Barat Aban Pertengahan. Kekuasaan pengaruh antara filsafat Yunani  dengan agama Kristen dikatakan seimbang, karena apabila tidak seimbang pengaruhnya, maka tidak mungkin berintegrasi membentuk suatu formula baru. Walaupun agama Kristen relatif masih baru keberadaanya, tetapi pada saat itu muncul anggapan yang sama terhadap filsafat Yunani ataupun agama Kristen. Anggapan manusia bahwa Tuhan turun ke bumi (dunia) dengan membawa kabar baik bagi umat manusia. Kabar baik tersebut berupa firman Tuhan yang dianggap sebagai sumber kebijaksanaan yang sempurna dan sejati.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Pengertian Filsafat Barat Pra Modern
2.      Periode Filsafat Barat Pra Modern
3.      Corak Filsafat Barat Pra Modern


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Filsafat Barat Pra Modern
Di antara semua sejarah, lahirnya peradaban di Yunani yang secara mendadak membuat tercengang dan sulit untuk di terangkan. Memangbanyakunsurperadaban yang telahadaribuantahun di Mesirdan Mesopotamia, dan yang kemudianmenyebarkenegeri-negerisekitarnya. Namununsur-unsurtertentubelumutuhsampaikemudianbangsaYunanilah yang menyempurnakannya.
Pengertian filsafat barat pramodern  adalah Filsafat yang mempelajari kefilsafatan dunia barat (benua eropa) dimulai dari masa Thales sampai masa munculnya Descartes. Mengapa Descartes dibuat pemisah antara filsafat pramodern menuju filsafat modern? Karena Descartes meletakkan dasar-dasar kepastian fundamental dari eksistensi diri dan pemikiran-pemikirannya. Setelah Descartes muncullah filsuf-filsuf  hebat seperti: Berkeley, kant sampai Fichte. Kata filsafat berasal dari kata yunani Fhilosofia yang diambil dari kata kerja filosofein yang mempunyai arti mencintai kebijaksanaan sedangkan seorang filsuf adalah orang yang sedang mencari kebijaksanaan.
Pengertian tentang filsuf yang demikian itu berbeda sekali dengan pengertian fisafat di timur, contohnya di India. Orang yang dianggap bijaksana yaitu orang yang mengetahui dirinya sendiri yang disebut dengan istilah ‘brahman’ atau ‘atman’ yang bila diartikan lebih panjang berarti orang yang telah mencapai, telah meraih, memiliki kebijaksanaan, bukan orang yang sedang berusaha mendapatkan kebijaksanaan. Hal ini bertentangan dengan filsafat barat. Sedangkan arti ‘orang bijak’ menurut orang cina yaitu orang yang telah mengetahui arti tau secara mendalam. 
Diantara definisi filsafat yang bermacam macam itu dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati.

B.     Periodisasi
Periodesejarahfilsafatbaratpra- modern dapatdikelompokanmenjadi 4 periode yaitu:
1.PeriodePraSocrates, berawal dari kelahiran filsafat barat oleh para filsuf pertama dari Miletos sampai para filsuf Pluralis.
2. Periodepuncak Yunani Kuno yang mencakup sejak masa Socrates sampai dengan PlatodanAristoteles
3. PeiodeHellenisme dan Romawi
4. Periodeabadpertengahan. Yang terdiri dari 2 tahap yakni :
1. periode Parastik
2. Periode Skolastik
1. Periode Pra Socrates
Filsafat Yunani Kuno – Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk berpendapat atau mengungkapkan ide-idenya. Pada masa itu, Yunani dipandang sebagai gudang ilmu dan filsafat, karena bangsa Yunani sudah tidak lagi mempercayai mitos-mitos. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalamanyang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja) melainkan menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki atau kritis. Sikap kritis inilah yang menjadikan bangsa Yunani berada pada barisan terdepan dalam ilmu pengetahuan.
Filsafat zaman Yunani kuno mencakup zaman Pra Socrates dan zaman keemasan filsafat. Tokoh-tokoh filosof pada masa itu adalah Thales, Anaximandros, Anaximenes, Pythagoras, dan Heraklitos.Mereka dikenal dengan filosof alam.
Filsafat pra-socrates ditandai oleh usaha mencari asal asas segala sesuatu “arche”. Thales mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air. Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir “pantha rei (selalu berubah)”, sedang Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM) berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang benar.Secara umum dapat dikatakan, para filosof pra-Socrates berusaha membebaskan diri dari belenggu mitos dan agama asalnya. Mereka mampu melebur nilai-nilai agama dan moral tradisional tanpa menggantikannya dengan sesuatu yang substansial.
Aliran Miletos/Madzhab Milesian
Filsafat Yunani Kuno – Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian:
1)      Thales
Filsafat Yunani Kuno – Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alamini adalah air. Segala-galanya berasal dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian terapung-apung diatasnya.
Pandangan yang demikian itu membawa kepada penyesuaian-penyesuain lain yang lebih mendasar yaitu bahwa sesungguhnya segalanya ini pada hakikatnya adalah satu. Bagi Thales, air adalah sebab utama dari segala yang ada dan menjadi akhir dari segala-galanya.
Ajaran Thales yang lain adalah bahwa tiap benda memiliki jiwa. Itulah sebabnya tiap benda dapat berubah, dapat bergerak atau dapat hilang kodratnya masing-masing. Ajaran Thales tentang jiwa bukan hanya meliputi benda-benda hidup tetapi meliputi benda-benda mati pula.
2)      Anaximander
Filsafat Yunani Kuno – Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu bagian dari banyak dunia lainnya.
3)      Anaximenes
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk seperti meja bundar.
Aliran Pythagoras
Filsafat Yunani Kuno – Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.
1)      Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat universal.
2)      Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.
Aliran Elea
1)      Parmenides
Filsafat Yunani Kuno – Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahas tentang yang ada.
2)      Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.
3)      Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun ruang.
Aliran Pluralis
1)      Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.
2)      Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih). 

2. Periode puncak Yunani Kuno masa Socrates, Plat dan Aristoteles
Socrates (470-400 S.M)
Filsafat Yunani Kuno – Socrates guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir Yunani lain, terutama melalui karya plato. Sebagaimana para sofis, Socrates memulai filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret. Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yang berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yang pada umumnya dianut para sofis.
Menurut Socrates tidak benar bahwa yang baik itu baik bagi warga Athena dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yang sama bagi semua manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yang terkenal adalah pandangannya yang menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan, pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates menciptakan suatu etika yang berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-definisi umum. Akibat pandangannya ini Socrates dihukum mati.
Plato (428-348 S.M)
Filsafat Yunani Kuno – Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi peran yang dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa Plato memilih yang begitu. Pertama, sifat karyanya Socratic (Socrates berperan sentral) dan diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi mengadakan tanya jawab dengan teman-temannya di Athena. Dengan demikian, karya Plato dapat dipandang sebagai monumen bagi sang guru yang dikaguminya. Kedua, berkaitan dengan anggapan Plato mengenai filsafat. Menurutnya, filsafat pada intinya tidak lain daripada dialog dan filsafat seolah-olah drama hidup yang tidak pernah selesai tetapi harus dimulai kembali. Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal.
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang selalu berubah dan dunia ide yang tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua pengenalan. pertama pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah.
Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera.
Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratic yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia ide tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jiwa itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan ide. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra-eksistensi dimana ia memandang ide-ide. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap ide-ide yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi.
Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagad raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasa terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama”Akademia”yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang bernama Akademos. Mata pelajaran yang paling diperhatikan adalah ilmu pasti.
Aristoteles (384-322 S.M)
Filsafat Yunani Kuno – Ia adalah Pendidik Iskandar Agung yang juga adalah murid Plato. tetapi dalam banyak hal ia tidak setuju dengan Plato. Ide-ide menurut Aristoteles tidak terletak dalam suatu “surga” diatas dunia ini, melainkan di dalam benda-benda sendiri. Setiap benda terdiri dari dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu materi “hyle” dan bentuk “morfe”. Bentuk-bentuk dapat dibandingkan dengan ide-ide dari Plato. Tetapi pada Aristoteles ide-ide ini tidak dapat dipikirkan lagi lepas dari materi. Materi tanpa bentuk tidak ada. Bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi. Bentuk-bentuk memberi kenyataan kepada materi dan sekaligus merupakan tujuan dari materi. Teori ini dikenal dengan sebutan Hylemorfisme.
Filsafat Aristoteles sangat sistematis. Sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Tulisan-tulisan Aristoteles meliputi bidang logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pokok-pokok pikirannya antara lain bahwa ia berpendapat seseorang tidak dapat mengetahui suatu obyek jika ia tidak dapat mengatakan pengetahuan itu pada orang lain. Spektrum pengetahuan yang diminati oleh Aristoteles luas sekali, barangkali seluas lapangan pengetahuan itu sendiri.
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis. Tidak dapat dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah intelektual manusia, tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan, Aristoteles mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang “lemah”, sedangkan deduksi lepas dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak memberi tempat pada deduksi yang dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah Syllogismos (silogisme).

            3. Periode Hellenisme dan Romawi
Hellenisme merupakan istilah modern yang diambil dari Bahasa Yunani KunoHellenizein yang berarti adalah berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani (to speak or make Greek). Dalam pengertian yang lebih luas, Hellenisme adalah istilah yang merujuk kepada kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya Asia Kecil, Syria, Mesopotamia, dan Mesir.
Pada sekitar 50 SM, Romawi berhasil mengambil alih kekuasaan Yunani. Sejak saat itu, kebudayaan Romawi dan bahasa latin mulai mendominasi. Tersebar dari Spanyol bagian barat hingga jauh menembus Asia. Inilah yang kemudian kita kenal dengan zaman Yunani Kuno akhir.
Sebelum Romawi menaklukkan Yunani, Roma itu sendiri merupakan bagian dari kebudayaan Yunani. Maka sesungguhnya, masa Hellenisme bisa diartikan sebagai proses mengglobalisasinya kebudayaan Yunani ke belahan wilayah kerajaan Romawi.
Dapat dikatakan bahwa zaman setelah Aristoteles merupakan zaman yang berbeda sekali dengan zaman Aristoteles. Zaman ini adalah zaman yang baru, dimana menjadi tanda dimulainya periode pemerintahan Aleksander Agung (Aleksander The Great) yang merupakan murid dari Aristoteles. Zaman ini disebut dengan zaman Hellenisme. Hellenisme mengandung makna bahwa jiwa Yunani memengaruhi terjadinya perubahan-perubahan di bidang kesusastraan, agama, ilmu pengetahuan, dan budaya bangsa. Pada zaman ini filsafat yang teoritis berubah menjadi filsafat praktis.  Banyak aliran-aliran yang sebagian berorientasi kepada cita-cita hidup manusia dan sebagian lainnya berorientasi pada agama.
            Hellenisme dibagi menjadi dua fase, yaitu fase Hellenisme dan fase Hellenisme Romawi. Fase Hellenisme adalah fase ketika pemikiran filsafat hanya dimiliki oleh orang-orang Yunani. Fase Hellenisme Romawi adalah fase sesudah fase Hellenisme, meliputi semua pemikiran filsafat yang ada pada masa kerajaan romawi, yang ikut serta membicarakan peninggalan pikiran Yunani.



4.      Filsafatperiodeabadpertengahan
Dilihat perkembangannya filsafat barat abad pertengahan terdiri dari dua periode besar yaitu periode  pada sekitar abad ke 3 sampai abad ke 8 dan yang kedua peride skolastik dari abad ke 8 sampai ke 15.Filsafat barat sendiri pada abad pertengahan dimulai dengan munculnya mahzab – mahzab besar seperti Epikurisme,mahzab Stoa,dan mahzab skepsis.Pada masa ini filsafat  begitu bergairah tetapi tidak lagi terlalu berfokus pada cara menjawab pertanyaan tentang hakekat kenyataan.Pada massa ini pula filsafat mulai menjadi suatu yang bisa dipelajari karena telah dibagi menjadi beberapa cabang mata pelajaran yaitu logika,fisika,etika serta filsafat dipandang sebafai seni untuk menjalani hidup.
Kemudian seiring munculnya agama Kristen filsafat barat masuk ke dalam kedudukan baru,filsafat mulai membaur dengan kebijakasaan agama Kristen.Semenjak massa Yahya dan Paulus hidup mereka mengeluarkan ungkapan – ungkapan yang masih sedikit banyak dipengaruhi filsafat Yunani.Para pemikir saat itu juga mempertimbangkan filsafat yunani sebagai langkah persiapan Injil akan tetapi ada juga yang memandang bahwa filsafat yunani tidak diperlukan bahkan bisa juga dikatakan berbahaya,pandangan tadi memunculkan dua aliran yaitu Patristika Yunani dan Patristika Latin.
Di dalam tulisan tulisan Patristika sering dijumpai Gnostisisme,Gnostisisme sendiri berasal dari kata “Gnosis” yang artinya pengetahuan.Patristika yunani.Clemens yang lahir di Athena diperkirakan pada tahun Antara tahun 150 sampai 200 ia merupakan guru agama di Iskandaria,ia hendak menarik garis batas yang tegas Antara filsafat yunani dan Ajaran agama Kristen tetapi ia juga hendak menjelaskan ajaran kristiani  dengan bantuan pemikiran yunani.ciri khas moral ajaran Clemens ialah filsafat Stoa yang banyak dipengaruhi filsafat platonisme.pemikiran ini kelak akan mencapai puncatnya pada masa pemerintahan Augustinus.
Origenes lahir pada tahun 185 ia masih sangat muda saat menggantikan Clemens sebagai pemimpin sekolah agama di iskandaria.dia yang pertama kali memberikan uraian sistematik tentang teologi,dimana disebutkan sesungguhnya ciptaan bersifat abadi dari keabadian itu muncul sang putera dari sang bapa dan dari sang putera muncul roh kudus atau sering dikenal dengan konsep trinitias.Kemudian muncul tokoh bernama Gregorius dari nyssa yang mengembangkan lebih lanjut pengetahuan yang bersifat alami mengenai tuhan,ia mengembangkan pemikiran bahwa dengan akal budi kita dapat sampai pada pengetahuan tentang tuhan tetapi tetap tidak bisa tahu hakekat tuhan itu Gregorius adalah pemikir hebat dan cara berfikirnya bersambungan dengan pemikiran pemikiran origenes.
Padaabadkeenamdikenaltulisantulisandari Dionysus yang ditaubatkanoleh Paulus Areopaguskebanyakantulisannyaberisikonsepteologikristiani.
Setelahmasa-masapemikiranyunani yang cobadisandingkandenganajaran agama krstianitibalahpadamasapatristikalatin.Tertullianus(160M-222M) iadibesarkandlmkeluargatanpa agama kemudianketikadewasaiapergike Roma dankemudianmemeluk agama Kristen daniamenjadiseorangteolog. Dia memiliki pikiran yang kaku dan cenderung keras,bahkan karya karyanya menunjukan kekakuan pemikirannya akan tetapi tulisannya berpengaruh bagi umat kristiani saat itu.
Aurekiusaugustinus(354 M-430M) iadibaptispadathun 387 danmenjadianggotagerejakatholik,padatahun 392 iaditahbiskansebagaipaderidanpada 396 iaterpilihsebagaiuskup hippo di baratCarthago.tulisan – tulisannyamenggambarkansusahnyamencarikeselarasanAntarakepercayaandanfilsafat.augustinusseringmembuattulisannyadalambwentuk dialog danmembaginyadalambeberapabab yang paling terkenalAntara lain Confessiones(pengakuan},de trinitate(ketritunggalan),de civitatedei(kotatuhan).
Massa scolastikamerupakanmassadimanafilsafatmewakilipikiran lain yang terlihatjelasdandipandangsamaatauseragamdanlebihberkembang di erofabarat,padaabadkeenamdanketujuhsedangterjadipergolakan di erofadanafrikautara yang dirasakurangmemungkinkanuntuksebuahperadabanberkembang.baruketikakarelakbarmemberikanketentramanpolitikpadaeropabarat.Padamasaitufilsafatdianggappentingdandikembangkanmenjadiilmuilmu lain sepertiLogika(dialektika),gramatikadAnretorika yang menempatitrivium,triviumsendiridianggapsebagaipengajarandasardanpersiapandalampengajaranquadriviumyaituaritmatika,geometrika,astronomidanmusika,pelajaran – pelajaranmatematikadianggaplebihtinggidanlebihpenting.Segi lain yang sangatpentingdarifilsafatjamanpertengahanialahpertentangan yang menyangkutuniversalia.
Di bidangetikakaryaAbaelardusbersifatrintisan,karenaiamerupakan orang yang pertamaberusahamenyusunsuatuetika yang tidakdidasarkanpadakewibawaanwahyu.Thomas Aquinas yang merupakantokohbesarfilsafatpadamasaitu,yangpokokpadagagasan Thomas ialahgagasanpartisipasi yang bercorakAugustinisme yang jugaberciriPlatonisme.Disini Thomas sejaksemulaberfokuspadasatutuhanmenciptadariketidakadaan,jadipadaawalnyatidakterdapatdualismeAntaratuhan(kebaikan) dengan material(keburukan).
C.     Corak filsafat setiap periode
Periode pertama:
1.Masih berkisar di pemikiran-pemikiran tentang alam/filsafat alam.
2.Lebih mengedepankan hasil pengamatan sendiri tanpa dialog dengan oranglain.
3. Hasil pemikirannya Tidak terlalu di promosikan kepada orang lain.
 periode kedua:
1. Lebih banyak banyak menggunakan metode dialog daripada berpikir sendiri.
2. Mulai berkembang cabang ilmu filsafat seperti: kedokteran,politik.
3. Ditemukannya metode berpikir induksi dan definisi umum.
4.Mulai banyak dituliskan hasil-hasil pemikirannya.
5. Mulai didirikannya sekolah-sekolah.
Periode ketiga:
Pola fikir filsafat helenisme Yunani pasca Aristoteles. Diantaranya : Epikuros, Stoa, dan Skeptis dari periode etik. Kemudian ada juga Neo Pythagoras, Philon dan Plotinus dari periode religi. Berikut penjelasannya secara ringkas.
Epikuros: Ia adalah filosof yang memuja kesenangan hidup, ia menafikan dan menihilkan peran Tuhan di dunia. Menurutnya Tuhan hanya menjadi penghalang untuk menikmati kesenangan hidup di dunia. Karena itu, Epikuros adalah salah satu filosof yang beraliran atheis.
Stoa: Tujuan utama dari ajaran Stoa adalah menyempurnakan moral manusia. Kriterianya tentang kebenaran relatif sama dengan Epikuros yang mengatakan bahwa pemandangan adalah kriteria setinggi-tingginya untuk mencapai kebenaran.
Skeptis: Mereka adalah madzhab filsafat yang ragu-ragu terhadap ajaran-ajaran klasik. Menurut mereka, kebenaran tidak dapat diduga. Dan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah dalam pertentangan pendapat yang begitu banyak, perlulah ada suatu kriteria tentang kebenaran. Kriteria itulah yang tidak ada.
Aliran Neo Phytagoras: Ajarannya berpangkal pada Pythagoras yang mendidik kebatinan dengan belajar menyucikan roh. Mereka juga meyakini bahwa jiwa ini akan hidup selama-lamanya dan pindah-pindah dari angkatan makhluk turun temurun. Kepercayaan inilah yang disebut dengan rinkarnasi.
Aliran PhilonAlexandreia: Ia adalah seorang pendeta Yahudi, karenanya filsafat yang dipelajarinya terpengaruh oleh pandangan agama. Yang menjadi pokok pandangan filsafatnya ialah hubungan manusia dengan Tuhan.
Dalam Konteks Filsafat : Filsafat bergerak semakin dekat kearah ‘keselamatan’ dan ketenangan jiwa. Filsafat juga harus membebaskan manusia dari pesimisme dan rasa takut akan kematian. Dengan demikian batasan antara agama dan filsafat lambat laun hilang. Secara umum, filsafat Helenisme tidak begitu orisinal. Tidak ada Plato baru atau Aristoteles baru yang muncul di panggung. Sebaliknya, ketiga filsuf besar itu menjadi sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat.
Dalam Konteks Ilmu Pengetahuan : Ilmu pengetahuan Helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan dari berbagai kebudayaan. Kota Alexandria memainkan peranan penting di sini sebagai tempat pertemuan antara Timur dan Barat. Sementara Athena tetap merupakan pusat filsafat yang masih menjalankan ajaran-ajaran filsafat Plato dan Aristoteles, Alexandaria menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dengan perpustakaannya yang sangat besar, kota itu menjadi pusat matematika, astronomi, biologi, dan ilmu pengobatan.
Dalam Konteks Agama: Ciri umum pembentukan agama baru sepanjang periode Helenisme adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat manusia dapat terlepas dari kematian. Ajaran ini sering kali merupakan rahasia. Dengan menerima ajaran dan menjalankan ritual-ritual tertentu, orang yang percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa dan kehidupan yang kekal. Suatu wawasan menyangkut hakikat sejati alam semesta dapat menjadi sama pentingnya dengan upacara agama untuk mendapatkan keselamatan.
Periode keempat:
Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat.Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir semuanyaklerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.
Akan tetapi, orang akan sungguh-sungguh salah paham jika memandang filsafat Abad Pertengahan semata-mata sebagai filsafat yang melulu berisi dogma atau anjuran resmi Gereja. Sebab, sebagaimana nanti akan kita lihat, tema yang selalu muncul dalam sejarah filsafat Abad Pertengahan adalah hubungan antara iman yang berdasarkan wahyu Allah sebagaimana termaktub dalam kitab suci dan pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio manusia. Dan, dalam hal ini, tidak semua pemikir abad pertengahan mempunyai jawaban yang akur.
Adanya beragai macam aliran pemikiran yang mengkaji tema tersebut menunjukkan bahwa para pemikir pada zaman itu ternyata bisa berargumentasi secara bebas dan mandiri sesuai dengan keyakinannya. Kendati tidak jarang mereka, karena ajarannya, harus berurusan dan bentrok dengan para pejabat gereja sebagai otoritas yang kokoh dan terkadang angkuh pada masa itu. Oleh karena itu, kiranya dapat dikatakan bahwa filsafat abad pertengahan adalah suatu filsafat agama dengan agama kristiani sebagai basisnya.
Periode abad pertengahan mempunyai perbedaan yang menyolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh nabi isa pada permualaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pendanganyunani kuno yang mengatakan bahwa kebanaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
1.      Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
2.      Menerima filsafat yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebanaran yang sejati. Oleh karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.



BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zaman pertengahan ialah zaman dimana Filsafat Abad Pertengahan dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Dilihat secara menyeluruh, filsafat Abad Pertengahan memang merupakan filsafat Kristiani. Para pemikir zaman ini hampir semuanya klerus, yakni golongan rohaniwan atau biarawan dalam Gereja Katolik (misalnya uskup, imam, pimpinan biara, rahib), minat dan perhatian mereka tercurah pada ajaran agama kristiani.Sejarah filsafat abad pertengahan dibagi menjadi dua zaman atau periode, yakni periode pratistik dan periode skolastik .
3.2 Saran
Berdasarkan tulisan di atas penulis menyadari banyaknya kekurangan yang ada dalam makalah, dikarenakan kurangnya pengalaman dalam hal membuat makalah. Oleh karena itu penulis meminta maaf atas kekurangan yang ada dan penulis mohon kritik dan saran dari para pembaca guna membuat penulis dapat membuat makalah yang lebih baik untuk kedepannya.













Daftar Pustaka
Surajio. 2009. Ilmu Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara.
Asmoro, Achmadi. 2009. Filsafat Umum 1, Jakarta: Rajawali Pers. 
Jujun S. Suriasumantri. 2005. Filsafat Ilmu,Jakarta : Surya Multi Grafika.
K Bertens. 1993. Sejarah Filsafat Yunani. Yogyakarya: Penerbit Kanisius.
Saebani, Ahmad. 2008. Filsafat Umum Dari Metologi sampai Teofilosofi. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.
Surajiyo. 2009 Filsafat Ilmu dan Pengembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara.
Noor, Hadian. 1997. Pengantar Sejarah Filsafat. Malang: Citra Mentari Group.
Osborne, Richard. 2001.Filsafat Untuk Pemula.  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Russell, Bertrand. 2002.Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Turnbull, Neil. 2005.Bengkel Ilmu Filsafat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta : Kanisius.


Komentar

Postingan Populer